Rabu, 03 Oktober 2012

untitle


Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Indonesia adalah Negara yang terdiri dari berbagai agama mulai dari islam, kristen, hindu, budha dan lain-lain, sehingga tidak dipungkiri lagi dalam kehidupan bermasyarakat kita pasti akan bergaul atau berhubungan dengan orang yang berbeda agama.

Perbedaan agama menurut saya adalah perilaku yang wajar, sebagaimana perbedaan pendapat. Tidak ada yang dapat memaksa siapa untuk masuk ke agama apa. Umumnya anak-anak di Indonesia adalah anak-anak yang telah mendapatkan agamanya melalui keturunan orang tuanya, akan tetapi ada yang mereka  berpindah dan mencari keyakinan akan tuntunan hatinya.
Hidup bermasyarakat dengan orang yang berbeda agama telah saya jalani sejak kecil, di SD hingga SMA tidak semua temah saya memiliki agama yang sama dengan saya. Awalnya terhadap teman yang berbeda agama saya biasa saja meskipun tidak menutup kemungkinan di dalam hati saya terdapat perasaan mengkhususkan diri. Hampir semua sahabat saya adalah islam, seagama dengan saya. Bukan karena saya pilih-pilih sahabat sehingga saya hanya memiliki sahabat seagama tetapi dari orang tua pun saya di anjurkan untuk dekat dengan dengan yang seagama saja. Ibu saya percaya bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh faktor teman dan lingkungan, sehingga ketika saya bersahabat dengan mereka yang berbeda agama dengan saya ibu saya khawatir jika teman saya tersebut akan memberikan pengaruh agamanya terhadap saya. Akan tetapi ibu saya tidak melarang saya untuk kenal dan bersikap baik kepada mereka yang berbeda.
Di SMA, saya sekolah di sekolah negeri yang pendekatan agamanya sangat ketat, sekolah saya adalah sekolah umum hanya saja , hampir mayoritas dari siswa perempuan disini memakai jilbab, imtaq setiap hari dan peraturan-peraturan agama islam lainnya yang harus kami taati seperti tidak boleh pacaran, setiap hari membaca yasin dan lain-lain.  Disini sangat terasa yang namanya perbedaan, siswa yang muslim sepertinya lebih di istimewakan dalam bergaul dengan lainnya dibandingkan siswa yang bukan islam, padahal sekolah ini adalah sekolah umum bukan sekolah keagamaan. Di hari keagaaman agama yang bukan muslim biasanya sekolah tidak akan peduli jarang sekali libur kecuali libur nasional yang telah ditentukan oleh pemerintah dan adanya larangan untuk siswa muslim untuk datang dan mengucapkan selamat hari raya kepada teman yang bukan muslim. Akan tetapi tidak perlu bersedih untuk kegiatan belajar dan mengajar kami tetap disamakan, tidak memandang ras, suku dan agama.
Hanya ketika belajar dikelas kami disamakan tanpa memandang apa pun, di luar kelas banyak sekali orang-orang yang berbeda agama tidak saling menyapa. Sebagai seorang anak yang aktif di organisasi sekolah, saya di tuntut untuk dapat menganyomi semua. Bagi saya setiap perbedaan itu pasti ada di mana pun kita berada karena tidak mungkin kita dapat menyatukan atau menyamakan segala sesuatunya. Bahkan terkadang menurut saya perbedaan itu indah.
Keadaan berkebalikan ketika saya berada di tempat kuliah, disini perbedaan agama bukan menjadi hal yang harus dipermasalahkan. Awalnya saya sangat canggung berada disini, apalagi ketika adanya undangan perayaan hari raya agama non muslim dari teman-teman non muslim. saya tidak pernah ikut perayaan seperti itu sebelumnya karena dulu di sekolah saya hal ini merupakan sesuatu yang dilarang. Namun untuk menghormati teman yang telah mengajak, saya pun ikut acara ini. Acara yang sangat menarik, ini acara keagamaan agama lain pertama yang saya ikuti. Saya sadar membangun jarak dan mengkhusukan diri terkadang menghalangi kita untuk belajar, hanya saja saya merasa disini masih ada sebagian mahasiswa yang mengkhususkan dirinya dan menganggap teman-teman yang bergabung dengan teman-teman yang berbeda agama itu salah. Meskipun mereka tidak secara langsung mengungkapkannya.
Di semester ini saya mendapatkan mata kuliah Humanistic Studies,  mata kuliah seperti apa humanistic studies itu akan kita lihat seiring berjalannya waktu. Namun  keterangan yang di dapat dari senior, humanistic studies ini sama halnya dengan mata kuliah agama hanya saja kita mempelajari agama lebih secara garis besar. Banyak yang berpesan di mata kuliah ini sebaiknya kami harus kuat iman agar iman kami tidak tergoyahkan.
Iman bagi saya adalah sebuahh keyakinan. Harapan saya dengan belajarnya humanistic studies ini akan bertambah keyakinan saya bahwa agama yang saya pilih benar. Bertambahnya keyakinan tentu juga di dukung dengan rasa hormat saya terhadap agama-agama lain. Menganggap agama saya benar bukan bearti agama lain salah, semua agama sama pada dasarnya mengajarkan kebaikan. Semoga saya dan teman-teman dapat membawa misi perdamaian antar umat beragama, memberikan contoh kepada mereka, ini kita dengan keyakinan yang berbeda, dengan keyakinan yang sama-sama kuat akan agamanya masing-masing namun tetap bergandeng tangan untuk menciptakan perdamaian.
Ekspektasi saya semoga dengan adanya mata kuliah ini tidak ada lagi yang namanya permusuhan antar umat beragama di kampus ini, di Jakarta ini, di Indonesia ini bahkan di dunia ini. Terciptanya perdamaian, tidak ada lagi bom di gereja-gereja dan kejahatan-kejahatan lainnya di tempat ibadah. Adanya kesadaran pada setiap individu kalo perbedaan itu akan selalu ada.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar