Agama
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Indonesia adalah Negara yang terdiri dari berbagai agama mulai dari islam,
kristen, hindu, budha dan lain-lain, sehingga tidak dipungkiri lagi dalam
kehidupan bermasyarakat kita pasti akan bergaul atau berhubungan dengan orang
yang berbeda agama.
Perbedaan
agama menurut saya adalah perilaku yang wajar, sebagaimana perbedaan pendapat.
Tidak ada yang dapat memaksa siapa untuk masuk ke agama apa. Umumnya anak-anak
di Indonesia adalah anak-anak yang telah mendapatkan agamanya melalui keturunan
orang tuanya, akan tetapi ada yang mereka berpindah dan mencari keyakinan akan tuntunan
hatinya.
Hidup
bermasyarakat dengan orang yang berbeda agama telah saya jalani sejak kecil, di
SD hingga SMA tidak semua temah saya memiliki agama yang sama dengan saya.
Awalnya terhadap teman yang berbeda agama saya biasa saja meskipun tidak
menutup kemungkinan di dalam hati saya terdapat perasaan mengkhususkan diri.
Hampir semua sahabat saya adalah islam, seagama dengan saya. Bukan karena saya
pilih-pilih sahabat sehingga saya hanya memiliki sahabat seagama tetapi dari
orang tua pun saya di anjurkan untuk dekat dengan dengan yang seagama saja. Ibu
saya percaya bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh faktor teman dan lingkungan,
sehingga ketika saya bersahabat dengan mereka yang berbeda agama dengan saya
ibu saya khawatir jika teman saya tersebut akan memberikan pengaruh agamanya
terhadap saya. Akan tetapi ibu saya tidak melarang saya untuk kenal dan
bersikap baik kepada mereka yang berbeda.
Di
SMA, saya sekolah di sekolah negeri yang pendekatan agamanya sangat ketat,
sekolah saya adalah sekolah umum hanya saja , hampir mayoritas dari siswa
perempuan disini memakai jilbab, imtaq setiap hari dan peraturan-peraturan
agama islam lainnya yang harus kami taati seperti tidak boleh pacaran, setiap
hari membaca yasin dan lain-lain. Disini
sangat terasa yang namanya perbedaan, siswa yang muslim sepertinya lebih di
istimewakan dalam bergaul dengan lainnya dibandingkan siswa yang bukan islam,
padahal sekolah ini adalah sekolah umum bukan sekolah keagamaan. Di hari keagaaman
agama yang bukan muslim biasanya sekolah tidak akan peduli jarang sekali libur
kecuali libur nasional yang telah ditentukan oleh pemerintah dan adanya
larangan untuk siswa muslim untuk datang dan mengucapkan selamat hari raya
kepada teman yang bukan muslim. Akan tetapi tidak perlu bersedih untuk kegiatan
belajar dan mengajar kami tetap disamakan, tidak memandang ras, suku dan agama.
Hanya
ketika belajar dikelas kami disamakan tanpa memandang apa pun, di luar kelas
banyak sekali orang-orang yang berbeda agama tidak saling menyapa. Sebagai
seorang anak yang aktif di organisasi sekolah, saya di tuntut untuk dapat
menganyomi semua. Bagi saya setiap perbedaan itu pasti ada di mana pun kita
berada karena tidak mungkin kita dapat menyatukan atau menyamakan segala
sesuatunya. Bahkan terkadang menurut saya perbedaan itu indah.
Keadaan berkebalikan ketika saya berada di tempat kuliah,
disini perbedaan agama bukan menjadi hal yang harus dipermasalahkan. Awalnya
saya sangat canggung berada disini, apalagi ketika adanya undangan perayaan
hari raya agama non muslim dari teman-teman non muslim. saya tidak pernah ikut
perayaan seperti itu sebelumnya karena dulu di sekolah saya hal ini merupakan
sesuatu yang dilarang. Namun untuk menghormati teman yang telah mengajak, saya
pun ikut acara ini. Acara yang sangat menarik, ini acara keagamaan agama lain
pertama yang saya ikuti. Saya sadar membangun jarak dan mengkhusukan diri
terkadang menghalangi kita untuk belajar, hanya saja saya merasa disini masih
ada sebagian mahasiswa yang mengkhususkan dirinya dan menganggap teman-teman
yang bergabung dengan teman-teman yang berbeda agama itu salah. Meskipun mereka
tidak secara langsung mengungkapkannya.
Di semester ini saya mendapatkan mata kuliah Humanistic
Studies, mata kuliah seperti apa humanistic studies itu akan kita lihat
seiring berjalannya waktu. Namun keterangan yang di dapat dari senior,
humanistic studies ini sama halnya dengan mata kuliah agama hanya saja kita
mempelajari agama lebih secara garis besar. Banyak yang berpesan di mata kuliah
ini sebaiknya kami harus kuat iman agar iman kami tidak tergoyahkan.
Iman bagi saya adalah sebuahh keyakinan. Harapan saya
dengan belajarnya humanistic studies ini akan bertambah keyakinan saya bahwa
agama yang saya pilih benar. Bertambahnya keyakinan tentu juga di dukung dengan
rasa hormat saya terhadap agama-agama lain. Menganggap agama saya benar bukan
bearti agama lain salah, semua agama sama pada dasarnya mengajarkan kebaikan.
Semoga saya dan teman-teman dapat membawa misi perdamaian antar umat beragama,
memberikan contoh kepada mereka, ini kita dengan keyakinan yang berbeda, dengan
keyakinan yang sama-sama kuat akan agamanya masing-masing namun tetap
bergandeng tangan untuk menciptakan perdamaian.
Ekspektasi saya semoga dengan adanya mata kuliah ini tidak
ada lagi yang namanya permusuhan antar umat beragama di kampus ini, di Jakarta
ini, di Indonesia ini bahkan di dunia ini. Terciptanya perdamaian, tidak ada
lagi bom di gereja-gereja dan kejahatan-kejahatan lainnya di tempat ibadah.
Adanya kesadaran pada setiap individu kalo perbedaan itu akan selalu ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar