Selasa, 01 Mei 2012

Belajar ≠ Angka


Belajar menurut KBBI adalah berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Dewasa ini belajar masih disandingkan dengan benda keramat yang disebut angka, padahal angka tidak mewakili suatu proses dalam belajar. Tentu tidak adil ketika usaha seseorang untuk belajar hanya dinilai oleh sebuah angka, kenyataannya jika melihat lagi dari pengertian belajar adalah usaha untuk memperoleh kepandaian ilmu. Apakah angka bisa mengukur kedalaman ilmu seseorang? belum tentu iya. Seseorang bisa dengan mudah mendapatkan sebuah angka tetapi butuh proses dan kerja keras untuk mendapatkan sebuah ilmu.
Belajar menurut Sebagian Masyarakat
            Masyaraka terutama orang tua  pada umumnya masih menilai hasil belajar dari angka-angka yang tertulis di raport. Mereka tidak tahu dari mana angka-angka itu bisa muncul, apakah dari perjuangan anak yang memang benar-benar berusaha melewati proses belajar atau malah lewat jalan-jalan pintas seperti mencontek dan menyalin jawaban teman.

            Tidak di pungkiri terkadang hasil belajar tidak selalu tampak oleh mata telanjang. Akan tetapi hal tersebut tidak juga bisa dijadikan sebagai alasan utama untuk mengangkat angka sebagai landasan dasar tolak ukur seseorang belajar. Angka hanya merupakan simbol yang tidak mutlak karena bukan lah menjadi pilihan yang bijak ketika kita menilai seseorang belajar atau tidak hanya melalui sebuah angka, yang mungkin dapat di manipulasi.
            Setiap individu pasti memiliki kecakapan dan minat yang berbeda. Tidaklah adil ketika dua orang anak yang sama-sama belajar mendapatkan penilaian yang berbeda hanya karena satu mendapat nilai 100 ketika ujian, sedangkan siswa yang lainnya hanya mendapat nilai 80, maka dikatakan siswa yang mendapat nilai 100 lebih pintar dan rajin belajar dibandingkan siswa yang mendapatkan nilai 80. Penilaian ini tentu tidak objektif. Apakah kelak nanti siswa yang mendapat nilai 100 tadi akan lebih memiliki ilmu dibandingkan siswa yang mendapat nilai 80? Jawabannya belum tentu iya.

Belajar yang Sesungguhnya
            Belajar pada dasarnya adalah sebuah proses yang tidak dapat di ukur oleh angka. Seseorang dapat belajar dimana pun dan kapan pun, tidak hanya dalam lingkup bangku sekolah. Seseorang yang belajar hanya untuk mengejar sebuah angka biasanya akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan angka tersebut dan kemudian setelah angka yang mereka inginkan diperoleh mereka akan merasa puas dan berhenti untuk belajar. Hal ini tentu berbeda ketika seseorang belajar untuk mendapatkan sebuah ilmu. Mereka yang mengejar ilmu tidak akan pernah merasa puas untuk belajar, bagi mereka belajar adalah sebuah kebutuhan yang mereka harus penuhi.
            Orang yang belajar untuk sebuah kepuasan ilmu akan selalu bangun ketika mereka terjatuh, karena menurut mereka jatuh bangun dalam belajar merupakan hal yang biasa. Mereka akan belajar jujur pada diri mereka dan orang lain karena ilmu seseorang tidak dapat di manipulasi dengan apa pun. Berbeda dengan orang yang belajar untuk angka,  mereka akan terjatuh ketika mereka mendapatkan angka yang kecil jauh dari prediksinya. Mereka juga akan menggunaka segala macam cara untuk mendapatkan angka sesuai dengan yang mereka inginkan.
Refleksi Belajar di Hari Pendidikan
            Di hari pendidikan yang tepat pada tanggal 2 Mei, ubah mindset mengenai belajar. Karena jika pelajar Indonesia hanya terpaku pada angka maka kapan pelajar akan memberikan hasil maksimal bagi bangsa ini. Bangsa ini tentunya sudah sangat merindukan tokoh-tokoh muda yang belajar tidak hanya terfokus pada angka tetapi pada pengaplikasian dari belajar itu sendiri.
            Masyarakat tidak pernah membutuhkan angka-angka yang ada di raport atau ijazah, yang dibutuhkan masyarakat adalah sebuah perubahan. Tetapi tidak mudah bagi para pelajar untuk merubah semuanya dalam sekejap karena terlalu lama para pelajar terbuai dan terfokus pada angka. Butuh waktu dan bantuan dari banyak pihak terutama pihak sekolah, guru dan orang tua. Sekolah dan guru adalah tempat utama seseorang belajar dan melalui setiap prosesnya. Campur tangan dari pihak sekolah dalam menanamkan arti belajar pada siswa sangatlah penting.
           
Tentu munculnya sebuah perasaan angka adalah segala-galanya dalam tolak ukur keberhasilan seseorang belajar bermula dari sekolah, jadi pihak sekolah akan lebih baik jika tidak merengkingkan siswa dengan hasil angka yang mereka peroleh. Deskripsikan apa saja keberhasilan mereka dalam belajar bukan hanya melalui angka.
            Dan yang tidak kala pentingnya adalah campur tangan dari orang tua. Orang tua jangan pernah menanyakan “dapat nilai berapa kamu hari ini” kepada anaknya tetapi dirubah menjadi “belajar apa kamu hari ini”. Dengan campur tangan beberapa pihak tentu akan lebih muda merubah pandangan seseorang dalam belajar. tidak akan ada lagi belajar yang keberhasilannya di ukur oleh angka. Tetapi dilihat dari proses dan apa yang dapat ia berikan pada masyarakat dari proses tersebut.
(tulisan ini telah di muat di harian Lahat Pos kamis, 3 mei 2012)

Biodata singkat penulis
Nama: Rika Pratiwi
Sampoerna School of Education Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar