Belajar
menurut KBBI adalah berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubah tingkah atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Dewasa
ini belajar masih disandingkan dengan benda keramat yang disebut angka, padahal
angka tidak mewakili suatu proses dalam belajar. Tentu tidak adil ketika usaha
seseorang untuk belajar hanya dinilai oleh sebuah angka, kenyataannya jika
melihat lagi dari pengertian belajar adalah usaha untuk memperoleh kepandaian
ilmu. Apakah angka bisa mengukur kedalaman ilmu seseorang? belum tentu iya.
Seseorang bisa dengan mudah mendapatkan sebuah angka tetapi butuh proses dan
kerja keras untuk mendapatkan sebuah ilmu.
Belajar
menurut Sebagian Masyarakat
Masyaraka
terutama orang tua pada umumnya masih
menilai hasil belajar dari angka-angka yang tertulis di raport. Mereka tidak
tahu dari mana angka-angka itu bisa muncul, apakah dari perjuangan anak yang
memang benar-benar berusaha melewati proses belajar atau malah lewat
jalan-jalan pintas seperti mencontek dan menyalin jawaban teman.
Tidak di pungkiri terkadang hasil
belajar tidak selalu tampak oleh mata telanjang. Akan tetapi hal tersebut tidak
juga bisa dijadikan sebagai alasan utama untuk mengangkat angka sebagai
landasan dasar tolak ukur seseorang belajar. Angka hanya merupakan simbol yang
tidak mutlak karena bukan lah menjadi pilihan yang bijak ketika kita menilai
seseorang belajar atau tidak hanya melalui sebuah angka, yang mungkin dapat di
manipulasi.
Setiap individu pasti memiliki
kecakapan dan minat yang berbeda. Tidaklah adil ketika dua orang anak yang
sama-sama belajar mendapatkan penilaian yang berbeda hanya karena satu mendapat
nilai 100 ketika ujian, sedangkan siswa yang lainnya hanya mendapat nilai 80, maka
dikatakan siswa yang mendapat nilai 100 lebih pintar dan rajin belajar dibandingkan
siswa yang mendapatkan nilai 80. Penilaian ini tentu tidak objektif. Apakah
kelak nanti siswa yang mendapat nilai 100 tadi akan lebih memiliki ilmu
dibandingkan siswa yang mendapat nilai 80? Jawabannya belum tentu iya.
Belajar
yang Sesungguhnya
Belajar
pada dasarnya adalah sebuah proses yang tidak dapat di ukur oleh angka.
Seseorang dapat belajar dimana pun dan kapan pun, tidak hanya dalam lingkup
bangku sekolah. Seseorang yang belajar hanya untuk mengejar sebuah angka
biasanya akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan angka tersebut dan
kemudian setelah angka yang mereka inginkan diperoleh mereka akan merasa puas
dan berhenti untuk belajar. Hal ini tentu berbeda ketika seseorang belajar untuk
mendapatkan sebuah ilmu. Mereka yang mengejar ilmu tidak akan pernah merasa
puas untuk belajar, bagi mereka belajar adalah sebuah kebutuhan yang mereka
harus penuhi.
Orang yang belajar untuk sebuah
kepuasan ilmu akan selalu bangun ketika mereka terjatuh, karena menurut mereka
jatuh bangun dalam belajar merupakan hal yang biasa. Mereka akan belajar jujur
pada diri mereka dan orang lain karena ilmu seseorang tidak dapat di manipulasi
dengan apa pun. Berbeda dengan orang yang belajar untuk angka, mereka akan terjatuh ketika mereka
mendapatkan angka yang kecil jauh dari prediksinya. Mereka juga akan menggunaka
segala macam cara untuk mendapatkan angka sesuai dengan yang mereka inginkan.
Refleksi
Belajar di Hari Pendidikan
Di hari pendidikan yang tepat pada tanggal
2 Mei, ubah mindset mengenai belajar.
Karena jika pelajar Indonesia hanya terpaku pada angka maka kapan pelajar akan
memberikan hasil maksimal bagi bangsa ini. Bangsa ini tentunya sudah sangat
merindukan tokoh-tokoh muda yang belajar tidak hanya terfokus pada angka tetapi
pada pengaplikasian dari belajar itu sendiri.
Masyarakat tidak pernah membutuhkan
angka-angka yang ada di raport atau ijazah, yang dibutuhkan masyarakat adalah sebuah
perubahan. Tetapi tidak mudah bagi para pelajar untuk merubah semuanya dalam
sekejap karena terlalu lama para pelajar terbuai dan terfokus pada angka. Butuh
waktu dan bantuan dari banyak pihak terutama pihak sekolah, guru dan orang tua.
Sekolah dan guru adalah tempat utama seseorang belajar dan melalui setiap
prosesnya. Campur tangan dari pihak sekolah dalam menanamkan arti belajar pada
siswa sangatlah penting.
Tentu
munculnya sebuah perasaan angka adalah segala-galanya dalam tolak ukur
keberhasilan seseorang belajar bermula dari sekolah, jadi pihak sekolah akan
lebih baik jika tidak merengkingkan siswa dengan hasil angka yang mereka
peroleh. Deskripsikan apa saja keberhasilan mereka dalam belajar bukan hanya
melalui angka.
Dan yang tidak kala pentingnya
adalah campur tangan dari orang tua. Orang tua jangan pernah menanyakan “dapat
nilai berapa kamu hari ini” kepada anaknya tetapi dirubah menjadi “belajar apa
kamu hari ini”. Dengan campur tangan beberapa pihak tentu akan lebih muda
merubah pandangan seseorang dalam belajar. tidak akan ada lagi belajar yang
keberhasilannya di ukur oleh angka. Tetapi dilihat dari proses dan apa yang
dapat ia berikan pada masyarakat dari proses tersebut.
(tulisan ini telah di muat di harian Lahat Pos kamis, 3 mei 2012)
(tulisan ini telah di muat di harian Lahat Pos kamis, 3 mei 2012)
Biodata
singkat penulis
Nama:
Rika Pratiwi
Sampoerna
School of Education Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar