“kemanusiaan yang adil dan
Beradab” dan “Persatuan Indonesia”. Seperti itulah bunyi sila kedua dan kelima
pancasila ideologi bangsa Indonesia. Jika di hayati dengan seksama kalimat itu
bukan hanya kalimat namun memiliki arti. Betapa orang-orang terdahulu berpikir
keras menciptakan kalimat yang sangat indah ini dengan harapan kalimat ini
bukan hanya akan menjadi kalimat namun menjadi sesuatu yang bearti bagi setiap
insan individu rakyat Indonesia.
Namun kenyataanya yang terjadi di
era sekarang ini. Kemanusian yang adil dan beradab hanya menjadi sebuah kalimat
yang tercantum dalam simbol ideologi bangsa. Hal ini tercermin dalam setiap
tindakan dari komponen bangsa ini terutama mahasiswa. Masih ada saja mahasiswa
yang melakukan tindakan yang tidak berprikemanusian dalam kehidupan
sehari-harinya seperti membuli, melakukan demo yang merusak fasilitas umum dan
melakukan tindakan kekerasan lainnya. Semakin hari semakin jauhlah kita dari
persatuan Indonesia jika tindakan-tindakan yang tidak berprikemanusian tersebut
terus berlangsung.
Namun harapan besar dari bumi
pertiwi ini akan mahasiswa yang merupakan ujung tombak sebuah bangsa. Bumi
pertiwi ini sangat berharap mahasiswa dapat menjadi penggerak majunya Negara
bukan malah mundurnya Negara. Keyakinan bahwa sesungguhnya dalam hati nurani
mahasiswa, mahasiswa pun sangat menginginkan akan terwujudnya sila kedua dan
ketiga. Namun karena sebagai makhluk sosial yang bergejolak terkadang mahasiswa
belum mampu meredam emosi dan menyelesaikan masalah yang di hadapinya dengan pikiran
jernih dan hati yang lapang.
Mahasiswa sebagai insan
cendikiawan yang berpendidikan harusnya dapat meredam diri dari gejolak-gejolak
yang hanya akan merusak suatu bangsa. Sudah saatnya mahasiswa berada di barisan
depan untuk melakukan perubahan untuk Negara yang dicintai ini. Saatnya
mahasiswa menunjukan jati diri yang sesungguhnya bahwa mahasiswa adalah orang
yang berpendidikan dan mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang terdidik
pula dan yang paling terpenting mahasiswa mampu membuat setiap insan individu
merasa dihargai sebagai manusia, tidak ada diskriminasi yang membedakan karena
semuanya sama dan semuanya memiliki hak untuk dimanusiakan.
Saatnya semboyan “kemanusian yang
adil dan beradab” dan “persatuan Indonesia” bukan hanya menjadi simbol tanpa arti,
namun jadikan semboyan yang mendarah daging dan dapat diterapkan di diri setiap
insan terutama manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan Indonesia
yang lebih baik. “together we can make different”
tulisan ini di muat di koran Lahat Pos 8 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar